Istilah LGBT (Lesbian,
Gay, Biseksual dan Transgender) kini kembali merebak, terdengar
dimana-mana,mulai dari media cetak, media elektronik, hingga obrolan di semua lapisan masyarakat.
Maraknya LGBT ini sangat berpengaruh besar terhadap sosial kultural masyarakat, terutama pada penayangan program televisi yang mengarah ke LGBT. Televisi adalah media elektronik yang di tonton oleh masyarakat luas di semua kalangan. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, semua dapat melihat penayangan program televisi yang menggambarkan tentang LG BT. Dan hampir setiap keluarga memiliki media elektronik yang satu ini (televisi), sehingga semua anggota keluarga dapat dengan mudah menonton penayangan program televisi yang bermuatan LGBT.
Banyak sekali publik figur yang bergaya
LGBT yang ditayangkan dalam program acara televisi. Konten program acara tersebut tidak sedikit akan mempengaruhi
masyarakat tertarik dengan apa yang diperagakan oleh publik figur
bergaya LGBT tersebut.
Dan inilah tugas Lembaga Sensor Film
(LSF) yang bukan sekadar mensensor film-film yang akan diputarkan di
bioskop, melainkan juga mensensor acara-acara yang akan ditayangkan di
televisi. Tujuannya agar melindungi masyarakat dari kemungkinan
berdampak negatif yang terdapat pada acara-acara televisi.
Selanjutnya ada pula Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang berfungsi sebagai
regulator. Lembaga ini harus mengawasi lembaga penyiaran (televisi) dan
program acara agar menyaring konten yang berbau LGBT.
Sebaiknya selain LSF dan KPI, orang tua pun
memiliki peranan penting untuk mengawasi anak-anaknya dalam memilih
program acara yang ditayangkan, sehingga tidak berdampak negatif seperti
melanggar nilai-nilai sosial atau penyimpangan sosial di masyarakat.
Selain itu ada upaya dari masyarakat untuk melindungi keluarga mereka dari pengaruh negatif penayangan program televisi yang berbau LGBT, yaitu dengan pendekatan keluarga dan agama.
Selain itu ada upaya dari masyarakat untuk melindungi keluarga mereka dari pengaruh negatif penayangan program televisi yang berbau LGBT, yaitu dengan pendekatan keluarga dan agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar